Kamis, 02 Februari 2012


BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR



Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Seorang guru Sekolah Dasar sewajarnya memahami bahwa komponen anak merupakan komponen terpenting dalam proses pengajaran. Inilah suatu pendekatan pengajaran yang dikenal dengan sebutan “Developmentally Appropriate Practice” (DAP).
Pendekatan pengajaran yang berorientasi pada pendekatan anak (DAP), merujuk pada pemahaman yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengetahuan mengenai perkembangan anak ke dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek pengajaran. Dengan pendekatan DAP pengajar berorientasi pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa yang peserta didik mungkin inginkan.

A.      HAKEKAT PENDEKATAN “DAP”

Developmentally Appropriate Practice (DAP) itu suatu kerangka acuan, suatu filosofis atau juga pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang menerangkan tentang apa yang peserta didik sukai.
Dalam setiap pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu pengajaran yang ditempuh guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai anak atau belum.
Menurut pendapat Bredekamp (1087) konsep “Developmentally Appropriate Practice” (DAP) menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi pada perkembangan anak itu mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama adalah dimensi umur (age appropriate ) dan yang kedua adalah dimensi individual (individually appropriate).
Dengan memahami dimensi umur (peserta didik), guru dalam menyelenggarakan pengajarannya itu tidak akan pernah bisa mengabaikan aspek perkembangan peserta didik. Pemahaman tentang keunikan perkembangan peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang disediakan guru. Guru sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dan pengalaman belajar yang benar-benar ”appropriate” ( layak, pantas, cocok, padan atau tepat ) dengan perkembangan anak.
Selanjutnya, dengan memahami dimensi individual (si-anak), guru dalam menyelanggarakan pengajarannya tidak akan pernah bisa mengabaikan keunikan peserta didik. Keunikan sebenarnya memperlihatkan eksistensi perbedaan sekaligus akan menolak perlakuan yang “mempersamakan”  atau “menyamaratakan”. Pemahaman lebih lanjut atas keunikan peserta didik menyiratkan bahwa demokratisasi dalam pengajaran menjadi sebuah tuntutan.

B.      KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR

Karakteristik anak Sekolah Dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett, Jacka dan Logan (1983) berikut ini:
a.   Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
b.      Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang.
c.   Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.
d.  Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.
e.    Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang tejadi.
f. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

C.      ARTI DAN KEGIATAN BELAJAR BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan . pengertian belajar yang labih modern diungkapkan Morgan dkk. (1986) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.
Dalam konteks sekolah seoarang anak dikatakan telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi  pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap hal yang bersifat negatif dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak dapat kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman.
Kegiatan belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntutan pendekatan DAP, sepatutnyalah didasarkan atas pemahaman bagaimana anak usia Sekolah Dasar itu belajar. Paham yang dianggap modern tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersifat konstruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget (1896 – 1980), Lev Vygotsky (1896 – 1934) dan Bruner (1060-an).
a.     Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis.
b.  Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru) itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol, yang dapat mengamati anak untuk kemudian anak itu tumbuh kearah pemikiran-pemikiran verbal.
c.  Sedangkan bagi Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru) menkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai dari “pre-speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudian dapat terlibat dengan penggunaan bahsa yang lbih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas.

Terdapat sejumlah tujuan belajar yang sewajarnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar anak didiknya di Sekolah Dasar, yakni:
1.       Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar.
2.      Memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja sama harga diri, dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik.
3.       Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar.
4.   Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial dan teknologi.

D.      HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

1.       Pengertian Mengajar

Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.   Mengajar dipandang sebagai ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologi dan prosedural.
b.    Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology), yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris.
c. Mengajar sebagai suatu seni (teaching as an art), yang mengutamakan performance/penampilan guru secara khas dan unik yang berasal dari sifat-sifat guru dan perasaan serta nalurinya.
d.      Mengajar sebagai pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut guru.
Untuk membuat suatu keputusan yang tepat dengan mengembangkan suatu sistem pengajaran, seorang guru Sekolah Dasar paling tidak bertanggungjawab dalam:
a.      Mengkondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di sekolah. Guru SD dituntut untuk mahir menciptakan suatu situasi yang memungkinkan anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir, dan perasaan mencekam.
b.      Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di dalam mengajar secara terpadu, seperti ceramah, bercerita, memimpin diskusi dan proses penemuan, menengahi konflik, pemecahan masalah yang dihadapi anak, dan sebagainya.
c.       Menjembatani “gap” antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu sendiri dalam pengajaran.
d.      Mengobservasi gaya belajar mereka, kebutuhannya dan menaruh perhatian atas tuntutan individual si anak dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum yang berlaku.

2.       Tujuan Pengajaran dan Tujuan Pengiring

Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar juga disebut tujuan instruksional atau tujuan pengajaran.
Tujuan instruksional dalam setiap proses belajar mengajar dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah pernyataan umum tentang tujuan yang hendak dicapai dalam satu kesatuan materi pelajaran. Tujuan ini merupakan tujuan yang dinyatakan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran(GBPP) untuk setiap bidang studi sebagaimana kurikulum yang berlaku.
b.      Tujuan Instruksional Khusus (TIK), yaitu tujuan instruksional yang harus dicapai dalam satu pokok bahasan. TIK bersifat khusus (spesifik) dan mudah diukur. Suatu rumusan TIK biasanya memuat kriteria berikut:
A = Audiance, yaitu peserta didik sebagai subjek didik yang akan ditangani guru dalam kegiatan pembelajaran.
B = Behaviour, yaitu tingkah laku yang dapat diukur karena sifatnya yang khusus dan dapat diketahui perubahannya.
C = Condition, yaitu kondisi atau keadaan yang semestinya tercipta menyertai kegiatan pembelajaran.
D = Degree, yaitu tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikap yang diharapkan dapat dicapai olehpeserta didik.

Tujuan instruksional adalah tujuan yang secara eksplisit terkandung dalam TIU dan TIK. Namun adakalanya guru mengharapkan peserta didiknya dapat mencapai tujuan-tujuan lainnya yang terkandung secara implisit atau tidak tertulis di dalam perumusan yang telah dibuat.




3 komentar:

  1. tolong jelaskan tentang pengertian
    a. Meaning reception
    b. Rote reception
    c. Meaningful reception
    d. Rote discovery
    dan berikan contoh konkritnya dalam proses belajar mengajar ?
    kalau bisa diklatkan dengan pengalaman pribadi anda ?

    BalasHapus
  2. bagaimana refleksi anda mengenai teori tersebut?

    BalasHapus
  3. manakah yang paling mengesankan? dari teori diatas

    BalasHapus